Hukum ekonomi mengatakan bahwa harga setiap produk terbentuk dari penawaran dan permintaan, ketika permintaan banyak, sementara penawaran produknya sedikit, maka harga akan naik, karena orang-orang berebut. Demikian pula sebaliknya.
Properti termasuk barang yang jumlahnya terbatas, karena tidak bisa diciptakan (selama belum ketemu bumi kedua). Sementara jumlah penduduk bumi bertambah terus, dan masing-masing penduduk, dengan peningkatan taraf ekonominya, ingin tanah yang lebih luas lagi.
Baca juga: 5 Peluang Bisnis Properti Modal Kecil Untuk Anak Muda Milenial
Kombinasi antara jumlah yang terbatas dan tidak bisa diciptakan, ditambah kebutuhan yang bertambah terus, mengakibatkan harga properti dari waktu ke waktu selalu naik.
Kalau tahun 1990, harga properti di jakarta masih 150.000 per meter, hari ini sudah 15 juta / meter atau 100x lipat, bahkan lebih. Bagaimana dengan harga properti 10 – 20 tahun lagi.
Kemungkinan besar, harga akan terus naik, seiring pertumbuhan penduduk Indonesia & kenaikan taraf ekonominya.
Karena itu, millenial juga tidak boleh ketinggalan bisnis properti, ini tipsnya:
1. Pilihlah daerah yang berkembang
Daerah yang berkembang, atau disebut juga Sunrise (matahari terbit), adalah daerah-daerah yang terus dibangun dan ditambahkan fasilitasnya, mulai dari jalan yang semakin mulus dan lebar, adanya sekolah baru, mal baru, perkantoran, baru, dll.
Penambahan fasilitas ini, akan menarik orang untuk datang, tinggal, dan bekerja di daerah tersebut, sehingga akan meningkatkan harga properti di daerah tersebut.
Investasi properti di daerah sunrise seperti ini sangat menyenangkan, karena harga properti-nya cenderung naik terus. Sehingga kita sebagai investor properti tersebut merasakan kenaikan harga properti (capital gain.
2. Tentukan kriteria
Banyak cara untuk berinvestasi properti, dan banyak pula tipe properti yang bisa diinvestasikan, mulai dari rumah, ruko, kios, tanah kosong, apartemen, bahkan ada yang hanya berbentuk surat saja, seperti timeshare, dire, atau saham perusahaan properti.
Untuk itu, tentukan dulu kriteria apa yang kita inginkan, karena setiap tipe properti akan berbeda-beda sifatnya.
Sebagai contoh, rumah tapak, pendapatan sewanya relatif kecil, tapi murah, dan ROI (Return on Investment)-nya bisa tinggi. Sementara apartemen, pendapatan sewanya relatif besar dibanding rumah tapak.
Apartemen biasanya kenaikan harganya terbatas, karena ada umurnya. Ketika mencapai umur konstruksinya, maka apartemen harus dibangun ulang. Karena itu harga properti sulit naik, karena waktunya terbatas.
Bila kita sudah menentukan tipe properti yang kita inginkan, selanjutnya kita buat kriteria properti tersebut, misal untuk apartemen, apakah kita ingin yang masih proses pembangunan, baru saja launching atau second, tentu masing-masing memiliki kelebihan.
Kalau second, mungkin pilihan terbatas, tapi unit sudah siap langsung menghasilkan pendapatan sewa, tidak perlu menunggu proses pembangunan.
3. Rajin membandingkan & mencari
Langkah pertama sebelum berinvestasi adalah rajin dan gigih mencari pembanding, dan mencari properti-properti yang dijual.
Semakin banyak kita melihat properti, semakin banyak pembanding, dan kita semakin hafal harga pasar dan potensi properti tersebut.
Dalam properti dikenal dengan rumus 100:10:3:1, 100 properti yang dilihat, 10 yang ditawar, 3 yang diajukan KPR, dan hanya 1 yang benar-benar dibeli.
Tentu angka tersebut hanya perkiraan, bukan angka pasti, intinya adalah bandingkan banyak properti, jangan terburu nafsu untuk investasi. Pilihlah properti yang terbaik dari properti yang baik. Tidak perlu memborong semua properti.
Baca juga: Menilik Peluang Pasar Bisnis Investasi Properti di Kawasan Industri Karawang
Sulitkah mencari properti yang baik? Kalau kita melihat 2 properti setiap akhir pekan, sambil jalan-jalan dan refreshing, maka kita akan melihat 100 properti dalam setahun.
Cukup pilih dan invest 1 properti terbaik di tahun pertama, tidak perlu agresif. Semua proses selalu langkah pertama adalah yg tersulit, karena itu dibutuhkan kegigihan, dan kerajinan.
4. Ambil KPR jangka panjang
Properti nilainya besar, karena itu banyak investor properti yang memiliki horison investasi jangka panjang, akan memiliki pembiayaan seperti KPR saat berinvestasi.
Berbeda dengan investasi lainnya, properti memiliki pendapatan rutin yang relatif mudah terprediksi, misal disewakan, atau ada bisnis atau waralaba di atas properti itu.
Pendapatan dari sewa atau bisnis tersebut dapat dipakai untuk membayar angsuran, sehingga kita bisa berinvestasi dengan modal sekecil-kecilnya.
Ketika angsuran properti tersebut lunas… wow, income dari sewa / bisnis terus mengalir, dan bisa menjadi passive income.
Baca juga: 5 Tips dan Cara Cerdas Investasi Property untuk Pemula
5. Menabung properti
Melanjutkan tips ketiga di atas, setelah memiliki 1 properti di tahun pertama, ulangi langkah tersebut di tahun kedua.
Kemudian tingkatkan menjadi 2 properti di tahun ketiga, ulangi 2 properti di tahun keempat, kemudian tingkatkan lagi menjadi 3 properti di tahun kelima, dan seterusnya, maka dalam 10 tahun ke depan, kita akan memiliki 30 properti, sudah pantas disebut peternak properti.
Kapan saat yang tepat untuk mulai berinvestasi properti? Waktu yang paling tepat untuk memulai berbisnis properti adalah saat properti sedang rendah permintaannya, sementara penawarannya banyak.
Alias banyak yang jual, tapi sedikit yang beli, sehingga harga properti-nya turun, dan kita bisa mendapat harga kompetitif (murah), dibanding kondisi biasa.
Tahun 2008, saat krisis ekonomi di Amerika, harga properti di Indonesia, juga ikut terseret turun, dan banyak yang sale. Penurunan harga properti di Indonesia tersebut, kemudian diikuti dengan boom properti di Indonesia tahun 2010 – 2012.
Baca juga: Tips Membangun Rumah Bergaya American Style
Boom properti ini, salah satunya dipicu oleh banyaknya orang kaya yang kecipratan uang akibat booming komoditi, terutama kelapa sawit dan batubara di Indonesia.
Orang-orang yang kecipratan banyak uang, akibat booming komoditas tersebut, bingung, tidak tahu harus berinvestasi di mana, maka mereka memilih properti sebagai instrumen investasi mereka, karena aman, dan mudah dikelola.
Karena semua orang beramai-ramai investasi properti, maka harga properti Indonesia tahun 2010-2012 mengalami kenaikan yang luar biasa.
Akibat pandemi Covid-19, hari ini harga properti di Indonesia terus tertekan, dan menciptakan pesta diskon properti di Indonesia.
Apakah Boom Properti 2010 – 2012 akan terulang? Kita tunggu saja tanggal mainnya. Selamat berinvestasi.