Home » News » Spirit Inovasi Sukanto Tanoto Terus Diteladani RGE

Spirit Inovasi Sukanto Tanoto Terus Diteladani RGE

spirit inovasi sukanto tanoto terus diteladeni inside rge

Kesuksesan Sukanto Tanoto dalam membesarkan Royal Golden Eagle (RGE) tidak lepas dari kemampuan inovasinya yang tinggi. Spirit itu pun berhasil ditularkannya ke segenap pihak di RGE hingga saat ini.

Sukanto Tanoto adalah pendiri sekaligus Chairman RGE. Dengan aset senilai 20 miliar dolar Amerika Serikat, RGE merupakan korporasi kelas internasional yang menaungi delapan perusahaan sumber daya.

Anak-anak perusahaan RGE bergerak di lima sektor berbeda. Ada yang berkecimpung di industri pulp dan kertas (APRIL Group dan Asia Symbol), kelapa sawit (Asian Agri dan Apical), selulosa spesial (Bracell), serta serat viskosa (Sateri dan Asia Pacific Rayon). Namun, anak RGE ada juga yang bergerak di bidang penyediaan energi terintegrasi (Pacific Oil & Gas).

Sukanto Tanoto memulai petualangan bisnisnya dari nol. Lahir di Belawan pada 25 Desember 1949, ia mengawali kiprah bisnis pada 1967 sebagai supplier onderdil kendaraan dan kontraktor untuk industri minyak dan gas.

Namun, berkat kejeliannya, Sukanto Tanoto mampu mendirikan RGE pada 1973. Sejak saat itu, kemampuannya dalam bidang bisnis terlihat nyata. RGE maju pesat menjadi korporasi berkelas dunia.

RGE yang dipimpinnya tidak hanya beroperasi di Indonesia. Cakupan operasionalnya sudah mencapai kawasan Asia Tenggara lain, Cina, India, bahkan Brasil. Berkat itu, sekitar 65 ribu pekerjaan mampu diberikan untuk para karyawan yang tersebar di berbagai belahan dunia.

Kesuksesan tersebut dinilai tidak lepas dari beragam inovasi Sukanto Tanoto. Hal ini ditandaskan oleh puterinya yang menjabat sebagai Direktur RGE, Imelda Tanoto. Ia mengatakan, “Ayah saya mempraktikkan inovasi dalam mengembangkan model bisnis yang dilakukan RGE. Prinsip kerjanya lebih dari sekadar profit atau bottom line belaka.”

Spirit Inovasi Sukanto Tanoto yang Tinggi Berhasil Diluarkan ke Segenap Pihak di RGE

spirit inovasi sukanto tanoto
spirit inovasi sukanto tanoto (Image Source: CNBC Indonesia)

Banyak contoh yang memperlihatkan kemampuan inovasi Sukanto Tanoto. Paling sederhana tergambar dari statusnya sebagai pionir industri kelapa sawit maupun pulp dan kertas di Indonesia. Ia sudah terjun ke sana sebelum yang lain di Indonesia melakukannya.

Untuk melakukannya jelas tidak mudah. Sukanto Tanoto harus melakukan inovasi dalam berbagai proses bisnis agar bisa berjalan dengan baik. Tidak terhitung berbagai bentuk terbosan lain yang dijalankannya supaya perusahaannya berkembang.

Hasrat untuk selalu berinovasi tersebut ingin ditularkan oleh Sukanto Tanoto kepada semua pihak di RGE. Puteranya sekaligus Direktur RGE, Anderson Tanoto, tahu persis hal tersebut. Ia menyatakan bahwa bagi ayahnya, selain kegigihan dan semangat belajar yang tinggi, kemampuan untuk menghadirkan produk atau jasa yang unik merupakan kunci utama kesuksesan seorang wirausahawan.

Keunikan tersebut dikatakan oleh Anderson Tanoto sebagai inti dari inovasi. Oleh karenanya, semua pihak di RGE diminta untuk terus mau melakukan terobosan inovatif demi menghadirkan produk terbaik.

Beruntunglah segenap pihak di RGE mengikuti arahan Sukanto Tanoto. Mereka berlomba-lomba melakukan inovasi untuk memperbaiki kualitas di semua lini. Salah satunya ditunjukkan oleh APRIL. Baru-baru ini mereka meluncurkan Laboratorium Kultur Jaringan Kerinci atau Kerinci Tissue Culture (KTC) Laboratory guna membuat proses produksi pulp dan kertas lebih efisien.

Peluncuran dilakukan pada 1 September 2019. Saat itu, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir meresmikan gedungnya di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

Dengan nilai investasi 5 juta dolar AS, keberadaan KTC Laboratory milik APRIL diapresiasi oleh pemerintah. Laboratorium tersebut dinilai akan sangat membantu para peneliti dalam meningkat produktivitas pertanian.

“Para peneliti menjadi aset yang sangat penting. Keberadaan mereka dapat meningkatkan produksi dengan luas lahan yang sama. Inilah yang perlu dicapai lewat riset seperti kultur jaringan ini,” kata Mohamad Nasir di Antara. “Negara tidak akan mampu berjaya karena jumlah orangnya saja, tapi harus menguasai inovasi dan teknologi.”

DEMI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS

ktc laboratory didirikan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan perkebunan sukanto tanoto
ktc laboratory meningkatkan produktivitas perkebunan sukanto tanoto (Image Source: Inside RGE)

Pendirian KTC Laboratory dilakukan oleh APRIL memang krusial demi peningkatan produktivitas perkebunan. Secara khusus di dalamnya terdapat fasilitas pengembangan tanaman eukaliptus dengan teknologi kultur jaringan.

Berkat KTC Laboratory, perusahaan Sukanto Tanoto ini akan sanggup meningkatkan jumlah produksi bibit tanaman eukaliptus secara efektif dan efisien untuk penanaman skala besar. Hal tersebut memungkinkan karena bibit dapat diproduksi bersamaan dalam waktu singkat.

Saat ini, KTC Laboratory beroperasi di bawah Departemen Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) Department Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP). Kini mereka tengah memfokuskan diri ke berbagai penelitian untuk mengembangkan bibit ekualiptus berkualitas unggul sebelum ditanam.

Operasionalnya ditunjang oleh 125 peneliti yang meriset dan menyeleksi klon atau benih terbaik. Tujuannya demi menghasilkan bibit unggul dengan karakter yang cepat tumbuh, tahan terhadap hama dan penyakit, serta memiliki sifat kayu yang cocok dengan kebutuhan industri.

Direktur Operasional Support PT RAPP Ali Shabri menyatakan fasilitas KTC Laboratory akan sanggup menghasilkan bibit terbaik. Alhasil, proses penanaman dan pemanenan akan lebih efektif dan efisien.

“Riset adalah tantangan kita masa depan dan perlu kita dorong. Laboratorium yang megah ini diharapkan bisa mendukung perusahaan lebih baik,” katanya di Antara.

KTC Laboratory saat ini memiliki 16 fasilitas growth room. Berkat itu, mereka akan mampu 36 juta bibit eukaliptus dalam setahun. Hal ini sangat mendukung target produksi APRIL yang tinggi. Setiap tahun, APRIL sanggup menghasilkan 2,8 juta ton pulp dan 1,15 juta ton kertas. Pencapain itu menjadikan mereka sebagai salah satu penghasil pulp dan kertas terbesar di Asia.

Untuk mendukung kapasitas produksi yang tinggi, APRIL mengelola perkebunan dengan prinsip berkelanjutan. Ini yang menjadi salah satu sektor yang sangat dipengaruhi oleh kinerja KTC Laboratory. Jika bibit yang ditanam berkualitas dan menghasilkan panen yang tinggi, maka suplai bahan baku untuk pembuatan pulp dan kertas akan terjaga.

Di dalam KTC Laboratory, proses kegiatan produksi bibit eukaliptus yang diawali dengan pembuatan media yang digunakan untuk tahap multiplikasi, elongasi dan perakaran. Dalam tahap pertama, para pekerja memperbanyak tunas eukaliptus. Selanjutnya mereka menjalankan tahap elongasi hingga batang tunas tumbuh tinggi.

Sedangkan, pada tahap akhir, tanaman tersebut diinduksi untuk membentuk akar. Baru sesudah itu, bibit eukaliptus dipelihara di ruangan dengan suhu, kelembaban, dan pencahayaan yang dikendalikan dengan baik. Tujuannya supaya tanaman dapat beradaptasi di ruangan terbuka.

“Seluruh ruangan dan pekerja yang berada di New KTC harus selalu dalam keadaan steril agar kualitas bibit eukaliptus yang dihasilkan melalui metode kultur jaringan ini dapat terjaga,” kata Ali.

KTC Laboratory merupakan bentuk nyata inovasi yang dicanangkan oleh Sukanto Tanoto. Dari pemanfaatan teknologi akan hadir bibit yang memungkinkan hasil panen lebih tinggi dan punya daya tahan kuat. Tentu saja itu akan berpengaruh terhadap produksi yang baik.

Namun, terlepas dari itu, pendirian KTC Laboratory juga menjadi bagian dari bentuk dukungan APRIL terhadap pencapaian Sustainable Development Goal (SDG) yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Secara khusus, hal tersebut terkait dengan Goal 12 yakni Responsible Production and Consumption.

APRIL ingin ikut mendukung realisasinya dengan menghadirkan proses produksi yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan. Persis seperti arahan Sukanto Tanoto yang mewajibkan segenap pihak di RGE agar mampu berguna bagi masyarakat (Community), negara (Country), iklim (Climate), pelanggan (Customer), sehingga akan baik bagi perusahaan (Company).

Bagikan Artikel: