BACALAGERS MEDIA, Jakarta – Kucing adalah hewan yang lucu, menggemaskan, setia dan pintar. Hewan berkumis ini sering dijadikan peliharaan sekaligus teman bermain di rumah.
Kesetiaan dan kejinakan hewan ini sering kali membuat pemiliknya begitu mencintai dan menyayangi mereka. Bahkan, saat kucing peliharaan tersebut mati, pemiliknya bisa bersedih selama berhari-hari, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Demikianlah yang terjadi pada seorang lelaki veteran angkatan darat dari pinggiran kota Melbourne bernama Tony.
Saking cintanya ia pada kucingnya, ia tak rela jika sang hewan peliharaan harus mendekam lama di rumah penampungan.
Pasalnya, kucing pria berumur 44 tahun ini sempat berkeliaran sehingga ditangkap dan ditampung sementara oleh petugas dari Rumah Satwa Liar Cranbourne West.
Sebelumnya, Tony sudah dikabari dan diminta untuk menjemput kucing itu pada tanggal yang ditentukan.
Namun, sehari sebelum kucingnya dijemput, ia melakukan “penyelamatan darurat ala tentara”. Tentu saja aksi tersebut membuat petugas di rumah penampungan hewan terkejut.
Bagaimana tidak, Tony datang dengan memakai seragam dan helm taktis tentara serta sambil menodongkan senapan serbu. Ia bertindak seolah tengah menyelamatkan sandera dari sarang teroris.
Rupanya Tony Wittman merupakan seorang veteran angkatan darat Australia. Dahulu saat aktif bertugas ia mengalami masalah yang menyebabkan ia dibebastugaskan.
Tentu hal tersebut menjadi sebuah pukulan bagi seorang tentara yang sepanjang hidupnya mengabdikan diri untuk negara. Rupanya sang kucing menjadi teman setianya menjalani keseharian.
Tony melakukan aksi “penyelamatan kucing” tersebut pada siang hari. Saat bertemu salah satu staf perempuan yang saat itu sedang berjaga, ia langsung menodongkan senapan dan meminta untuk diantar di tempat kandang kucing berada.
Setelah itu ia mengikat korban dan segera mencari kucingnya. Staf itu rupanya berhasil meloloskan diri dan segera menelepon atasannya lalu menghubungi polisi.
Akibat tindakannya, Tony kemudian dijerat hukum dengan pasal berlapis, yakni mengancam keselamatan orang lain, upaya penculikan hingga dugaan perampokan dengan senjata.
Bahkan dalam penyelidikan polisi ditemukan fakta bahwa Tony telah memesan beberapa senjata api dan benda tajam lain dengan motif yang masih belum jelas.
Saat ini korban mengalami trauma akibat serangan itu. Tony pun tidak bisa bebas meski dengan jaminan.
Menurut kesimpulan Ketua Majelis Hakim Gregg McNamara, tindakan Tony jelas menimbulkan potensi gangguan keamanan serius di masa depan untuk masyarakat. Itulah mengapa ia harus ditahan dan diamankan supaya tidak melakukan tindakan membahayakan lainnya.
Crystle Gomez Vazquez yang merupakan pengacara Tony berusaha meminta keringanan. Ia berharap pengadilan tidak menjeratnya dengan pasal hukum pidana.
Menurut Vazquez, Tony kemungkinan memiliki gangguan mental atau PTSD (post traumatic stress disorder) yang memang kerap dialami oleh veteran sepertinya.
Menurut APA (American Psychiatric Association), PTSD adalah salah satu jenis gangguan kejiwaan yang sering menimpa orang yang pernah mengalami atau menyaksikan sebuah peristiwa traumatis seperti bencana alam, kecelakaan yang sangat parah, aksi terorisme, perang, perkosaan, atau aksi kekerasan lainnya.
Ada beberapa gejala pada penyakit PTSD, di antaranya kesulitan tidur, perilaku yang agresif, dan gangguan-gangguan pada aktivitas harian.
Hal ini disebabkan karena penderita sering mengalami kilas balik kejadian atau peristiwa traumatis pada masa lalu.
Berbeda dengan gangguan kejiwaan lain, orang yang mengalami PTSD cenderung lebih agresif, mereka mudah marah dan sering bereaksi berlebihan pada kejadian sepele. Aksi Tony memang cenderung seperti orang yang mengalami PTSD.