Kawasan Semenanjung Kampar dan Pulau Padang di Riau kini mulai bangkit. Sebelumnya kondisi lingkungannya benar-benar memprihatinkan. Namun, berkat program Restorasi Ekosistem Riau (RER) yang didukung oleh perusahaan Sukanto Tanoto, kondisinya berubah.
RER adalah upaya restorasi, pemulihan lahan dan hutan gambut yang mengalami degradasi di kawasan Semenanjung Kampar dan Pulau Padang. Gerakan ini diinisiasi oleh salah satu perusahaan yang didirikan pengusaha Sukanto Tanoto, APRIL Group, pada 2013.
Saat ini, upaya pemulihan kondisi alam tersebut sudah mencakup lahan seluas 150 ribu hektar. Area tersebut setara dengan dua kali luas Singapura. Tidak aneh, inisiatif ini menjadi gerakan restorasi terbesar di Sumatera.
APRIL tergerak untuk menggagas dan mendukung RER karena melihat kondisi alam yang terus menurun. Mereka sadar jika dibiarkan begitu saja, kerugian lebih besar akan dialami. Bukan hanya perusahaan, masyarakat di sana termasuk rakyat Indonesia bakal merasakan kerugiannya.
Untuk itulah, bekerja sama dengan Fauna & Flora International dan Bidara, perusahaan Sukanto Tanoto ini bertekad untuk memulihkan alam Semenanjung Kampar dan Pulau Padang. RER akhirnya dijalankan dengan beberapa pendekatan khusus.
“Kami memiliki empat pendekatan, yaitu melindungi, menilai, merestorasi, dan mengelola. Prioritas utama kami adalah melindungi. Sebab, jika tidak memproteksi (hutan, Red.), orang-orang mungkin akan merusaknya,” terang Nyoman Iswarayoga, External Affairs Director RER di Kumparan.
APRIL berkomitmen serius dalam mendukung operasional RER. Mereka rela mengucurkan dana hingga 100 juta dollar Amerika Serikat dalam 10 tahun sejak RER didirikan. Perusahaan yang bergerak di industri pulp dan kertas ini mau melakukannya karena ingin mendukung pencapaian program utama United Nation Development Programs (UNDP), yakni Sustainable Development Goals (SDGs) goal ke-15.
Bukan hanya itu, RER dipandang oleh perusahaan Sukanto Tanoto sebagai perwujudan nyata Sustainable Forest Management Policy (SFMP) 2.0 yang digagas perusahaan. “APRIL berkomitmen 1 banding 1. Kami mengonservasi atau merestorasi 1 hektar hutan alam untuk setiap hektar hutan tanam industri yang dikelola,” kata Sihol Aritonang, Direktur Utama PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), unit usaha APRIL, di Tirto.Id.
Buah dukungan serius perusahaan Sukanto Tanoto mulai terlihat. Memasuki tahun keenam RER didirikan, banyak pencapaian yang diraih.
Secara umum kondisi lingkungan Semenanjung Kampar dan Pulau Padang kian membaik. Hal tersebut terindikasi dari berbagai kriteria seperti jumlah spesies flora dan fauna yang kian meningkat maupun kesadaran masyarakat di sekitarnya untuk melindungi alam yang semakin baik.
Peningkatan Keanekaragaman Hayati
Kawasan Semenanjung Kampar dan Pulau Padang memiliki kondisi yang unik. Lahannya sebagian besar didominasi oleh gambut. Area ini memiliki karakteristik tersendiri. Jika terawat, lahan gambut bisa menyimpan karbon. Namun, jika rusak, hal yang terjadi sebaliknya, pelepasan karbon justru terjadi.
Sebelumnya kondisi Semenanjung Kampar dan Pulau Padang sudah menurun drastis. Kebakaran lahan dan hutan sering terjadi. Belum lagi pembalakan pohon yang memperburuk keadaan. Situasi ini berakibat terhadap keanekaragaman hayati yang menurun.
Sebagai bukti, pada 2003, kawasan Semenanjung Kampar dinyatakan sebagai Kawasan Penting bagi Burung oleh Birdlife International. Namun, penetapan tersebut tidak sebanding dengan jumlah spesies yang teridentifikasi. Ketika itu, jumlah burung yang diidentifikasi hanya 128 spesies.
Hal tersebut diakibatkan oleh penurunan kualitas lingkungan. Begitu kondisinya memburuk, dengan sendirinya populasi dan ragam spesies di sana akan ikut menurun. Namun, saat ini, titik cerah semakin terlihat. RER mulai membuahkan hasilnya. Keanekaragaman hayati di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang kian pulih. Hal tersebut terindikasi dari peningkatan jumlah spesies yang teridentifikasi di sana.
Dalam RER Progress Report 2018 disebutkan bahwa ada 304 spesies burung yang menggunakan kawasan Semenanjung Kampar sebagai tempat hidup atau persinggahannya. Jumlah ini naik lebih dari dua kali lipat dari situasi pada 2003.
Lebih dari itu, terdapat sejumlah spesies langka yang terlihat lagi. Salah satunya adalah keberadaan burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) yang berstatus rentan punah. Bahkan ada pula beberapa spesies baru yang berhasil terpantau kamera jebak antara lain mentok rimba (Asarcornis scutulata) dan bangau hutan rawa (Ciconia stormi).
Selain burung, berbagai binatang lain juga teridentifikasi. Tercatat ada 74 spesies mamalia di sana. Di dalamnya termasuk fauna unik dan khas seperti harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae), beruang madu (Helarctos malayanus), kucing kuwuk (Prionailurus bengalensis), dan beruk (Macaca nemestrina).
Jumlah tersebut masih ditambah dengan keberadaan 107 spesies reptil dan amfibi serta 89 spesies ikan. Sedangkan untuk flora tercatat ada 119 spesies pohon dan 69 spesies nonpohon yang tumbuh di sana.
Kesadaran Masyarakat Tumbuh
Kondisi Semenanjung Kampar dan Pulau Padang saat ini memang menggembirakan. Namun, hal tersebut tidak mungkin terjaga dengan baik apabila masyarakat di sekitarnya tidak mendukung. Mereka harus punya kesadaran perlindungan alam yang tinggi jika tidak ingin lingkungan rusak kembali oleh tangan-tangan manusia.
Untuk itu, sejak awal RER sudah menaruh perhatian serius terhadap masyarakat di sekitar. Terlebih lagi terdapat setidaknya 17 ribu orang yang berdiam di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang.
RER pun berinisiatif mengambil langkah yang strategis. Berkolaborasi dengan APRIL dan Bidara, mereka memberikan pendampingan kepada kelompok tani untuk mengelola lahan pertanian tanpa bakar. Hal ini penting supaya hutan selalu terlindungi.
Tidak hanya itu, program yang diinisiasi perusahaan Sukanto Tanoto ini juga mengedukasi cara menangkap ikan yang berkelanjutan kepada nelayan. Tujuannya supaya pemenuhan kebutuhan ekonomi tidak selalu merugikan alam.
Hasil inisiatif tersebut mulai terlihat. Dalam empat tahun terakhir tidak ada lagi kebakaran hutan dan lahan di wilayah RER di Semenanjung Kampar. “Secara keseluruhan, dampak upaya kami menjaga dan mengembalikan fungsi ekologis kawasan sudah terlihat. Pada tahun 2018, sepanjang 65.400 meter kanal drainase lama di area RER telah ditutup demi upaya berkelanjutan yang direncanakan akan selesai pada 2025,” kata Nyoman.
Selain itu, kemampuan warga masyarakat untuk memperoleh penghidupan tanpa merusak alam kian meningkat. Itu terindikasi dari kehadiran delapan kelompok tani yang melakukan pertanian tanpa bakar. Mereka terus mendapat dukungan dan fasilitas pertanian dari RER yang digawangi oleh perusahaan Sukanto Tanoto Tanoto.
Buah positif mulai terlihat. Padahal, luas hutan rawa gambut yang direstorasi dalam lima tahun terakhir baru mencapai 58,21 hektar. Bisa dibayangkan jika pada akhirnya seluruh lahan seluas 150 ribu hektar akan pulih. Manfaatnya akan begitu besar.
Pada akhirnya, tidak hanya masyarakat Semenanjung Kampar dan Pulau Padang yang merasakannya. Rakyat Indonesia dan seluruh manusia di muka bumi juga akan menikmati buahnya.
Untuk itu, APRIL terus menjaga komitmen mendukung RER. Bagi perusahaan Sukanto Tanoto ini, melindungi alam adalah bagian dari pekerjaan. Sebab, bisnis yang baik tentu tidak hanya dirasakan manfaatnya oleh perusahaan, namun juga oleh lingkungan dan masyarakat sekitar. Persis seperti yang diarahkan oleh pendirinya, Sukanto Tanoto.