Minuman Alkohol 100 Persen – Kami hanya perlu memverifikasi bahwa Anda setidaknya berusia 21 tahun sebelum kami mengizinkan Anda menelusuri dan membeli dari situs web ini…
Kami menawarkan fungsi obrolan yang mudah digunakan di situs web kami tempat Anda dapat mengonfirmasi ketersediaan produk dan promosi saat ini.
Minuman Alkohol 100 Persen
Untuk menawarkan layanan terbaik dan tercepat, gunakan hanya kurir GoJek dan IDExpress. Estimasi pengiriman diberikan pada saat pemesanan.
Qatar Berlakukan Pajak Minuman Keras 100%
Harap perhatikan setiap permintaan khusus di tempat yang disediakan saat memesan (mis. rincian pengiriman khusus, permintaan untuk menggunakan kotak biasa, tanpa plastik, dll…)
Kami memastikan keamanan semua pengiriman dengan menggunakan bungkus gelembung yang dirancang khusus untuk botol dan kotak kardus tambahan untuk semua pesanan.
Semua produk meninggalkan toko kami utuh, tetapi kecelakaan dapat terjadi dalam perjalanan ke tempat tujuan.
Jika Anda menerima barang yang Anda tidak puas 100%, hubungi kami dan kami akan membantu Anda dengan solusi tercepat dan paling tepat.
Makin Banyak Orang Jerman Minum Bir Tanpa Alkohol
Klaim pengembalian dan penukaran untuk barang yang pecah, tumpah, hilang dan rusak (bau tidak sedap atau perubahan rasa) harus diberikan kepada pelanggan. Kami akan mengevaluasi kasus per kasus dan berkomunikasi langsung dengan Anda.
Website kami ditujukan untuk digunakan oleh orang dewasa berusia 21 tahun ke atas yang tinggal di Indonesia.
Terkadang kami menawarkan hadiah sebagai bagian dari pembelian Anda. Namun, terkadang karena permintaan yang lebih tinggi dari yang diharapkan. Kami menyarankan Anda untuk menghubungi kami terlebih dahulu untuk mengecek ketersediaan barang dan premi sebelum melakukan pemesanan.
Karena stok sering diperbarui, harap hubungi kami langsung untuk mengonfirmasi detail produk sebelum memesan jika yang lama penting bagi Anda. Anak muda di Yogya mengatasi harga miras yang semakin mahal dengan membuat salak dan jus buah. Alkohol adalah alternatif yang lebih aman daripada membeli narkoba.
Jual Minuman Beralkohol Soju Terbaru
Dapurnya tidak lebih besar dari ukuran gerobak kaki, tapi Anais* memaksakan diri untuk meracik minuman fermentasi beralkohol di ruang sempit di belakang rumahnya. Selusin jerigen berukuran 50 liter berisi aneka minuman fermentasi berjejer rapi di sudut dapur. Di pojok belakang, kompor gas menyala terus menerus, memanaskan bak berisi air mentah. Di meja kerja ada buku catatan berisi resep dan eksperimen. Deretan buku yang berkeringat tertata rapi di rak di atas meja. Lencana bertuliskan “Saya membaca buku terlarang” diletakkan di samping. Selama enam tahun terakhir, Anais dan asistennya, Joko, mengenal dapur pembuatan wine dan toddy.
Sesampainya di sana, mereka berdua sibuk menyiapkan nasi ketan yang dicampur dengan sari buah saat daun. Anais mengaduk campuran nasi dan pandan perlahan sambil sesekali memeriksa air gula yang mendidih. Kemudian nasi dicampur dengan air, gula dan ragi, setelah itu dibiarkan selama sebulan atau setahun, tergantung kebutuhan.
“Yang penting semua peralatan harus steril,” kata Anais sambil mengaduk-aduk nasi. “Airnya juga harus bersih. Dan yang terpenting kepala juga harus pekat. Kalau tidak pekat, tidak akan buat minum.” Membuat minuman tradisional beralkohol sendiri merupakan respon Anais terhadap kebijakan pemerintah. Anais, yang mengaku memiliki kegemaran minum alkohol sejak remaja, merasakan dampak pajak miras pada 2010. Saat itu, harga miras melonjak drastis hingga 300 persen. Kemudian pemerintah bergerak lagi dengan melarang peredaran minuman beralkohol di minimarket pada tahun 2015 di sejumlah daerah, termasuk Yogyakarta. Anais, yang dulu bekerja sebagai penjahit, mengolah otaknya. Ide meracik minuman sendiri muncul saat saya berbincang dengan tetangga yang mencoba melakukan fermentasi alkohol. Anais kemudian bereksperimen menggunakan beras, ubi jalar, sorgum, jawawut, dan rosella. Eksperimennya gagal berulang kali. Perlahan, Anais mulai menyempurnakan resepnya. Sekarang memiliki perbandingan yang bagus. Untuk setiap 10 kg beras, ia menggunakan 10 kg gula dan 5 kg ragi. Produk sukses pertamanya adalah makgeolli, tuak ala Korea yang terbuat dari beras, dengan kadar alkohol 5-8 persen. Makgeolli mudah dibuat. Hanya perlu 3-4 hari untuk menyimpan. Jika disimpan lebih lama, makgeolie berubah menjadi sejenis sake dengan kandungan alkohol 15 persen.
“Melakukan fermentasi ini juga merupakan terapi [mental] bagi saya,” kata Anais, yang menderita gangguan bipolar selama satu dekade terakhir. “Selalu tinggalkan sesuatu untuk dilakukan. Jadi saya tidak terlalu melihatnya dari perspektif bisnis. Yang penting adalah mengembalikan investasi dan menemukan sesuatu untuk dimakan.”
Delapan Fraksi Di Dpr Setuju Miras Dijual Di Warung Warung
Dalam sebulan, Anais bisa menghasilkan hingga 40 liter varietas fermentasi yang berbeda. Produk ini tidak dijual bebas. Pemasaran tergantung pada dua distributor luar kota. Sesekali saat ada konser dan pasar heboh, Anais datang untuk menjual produknya. “Kadang kita minum tanpa tahu terbuat dari apa minuman itu,” kata Anais. “Saya ingin konsumen saat ini tahu apa yang mereka minum. Ada juga pengetahuan di dalamnya.” Di Yogya sendiri, kini bermunculan ragam minuman beralkohol fermentasi, mulai dari buah jeruk, markisa hingga salak. Selain produk buatan Anais, minuman lain yang sangat digemari adalah salak pondoh fermentasi. Meski didistribusikan secara underground, Pondoh merupakan salah satu minuman paling populer di berbagai scene Yogyakarta. Banyak orang mengklaim bahwa Pondoh adalah alkohol termurah di pasaran. Untuk setiap liternya, Pondoh dibandrol dengan harga Rp60-65 ribu.
Pondoh hampir pasti selalu terselip di sudut kulkas atau berpindah tangan di tengah lantai dansa di jantung budaya Jawa. Pondoh memiliki rasa asin yang kental dengan sedikit tendangan ke belakang sebelum akhirnya meluncur mulus di tenggorokan. Setelah diminum, minuman ini meninggalkan aftertaste yang halus namun perlahan mencerahkan kepala. Untuk minuman pergaulan, Pondo tergolong minuman beralkohol yang ramah.
Tempat produksi Pondoh terletak di sebuah gang kecil di tengah perkebunan salak. Deretan daun duri di dekat pagar ‘pabrik’ yang dijalankan oleh dua orang pria yang telah berproduksi sejak tahun 2013. “Selain dekat dengan bahan baku, suhu di sini nyaman dan air bawah tanahnya bersih,” ujar Randu*, satu pemilik properti, menjelaskan pilihan lokasi mereka, tempat persembunyian. Tidak ada rumah lain dalam radius 100 meter, sehingga air tanah di rumah ini tidak tercemar limbah rumah tangga. “Raginya bisa mati kalau airnya tidak jernih,” tambahnya. Setelah diproduksi, Randu dan timnya membutuhkan kuintal salak pondoh serut. Setiap panen bisa menghasilkan minuman sekitar 150 liter. Kebutuhan bahan baku dipenuhi oleh para petani salak di sekitar ‘pabrik’. Mereka juga mempekerjakan perempuan setempat untuk mengupas dan menyortir buah sebelum mengolahnya. Para pekerja lepas juga yang membantu menutup-nutupi informasi tentang perusahaan ini agar tidak bocor ke pihak berwajib.
“Hak untuk membantu para petani salak di sini karena kalau panen sering terlalu banyak dan ketika itu harga di pasar turun, bahkan saat panen pun ibu-ibu suka minta kita ambil sendiri, apa pun yang kita inginkan, kata Randu. Mereka biasanya memiliki buah yang tidak lolos seleksi untuk dijual di pasar atau supermarket. “Kalau kita [ukuran buah] besar atau kecil, kita tidak apa-apa, yang penting sudah matang benar.” Randu yakin bisnisnya tidak akan membawa masalah serius. “Kami berani seriusi ini karena kami tahu prosesnya aman. Artinya kami tidak mencampur [alkohol], jadi prosesnya benar-benar difermentasi,” jelas Randu sambil mengantar kami ke ruang produksinya. Karena menggunakan ragi biasa, mereka menjamin kadar alkohol di Pondoh tidak melebihi sepuluh. “Bahkan lebih aman daripada racikan, kalau salah beli alkohol methanol, peminumnya akan mati,” tambahnya sambil membuka pintu.
Alkohol Murni 70 Persen Ditenggak Bareng Air Mineral, Mabok, Dua Tewas
Proses fermentasi pondoh memakan waktu setidaknya tiga bulan. Karena gula sudah terbentuk, kini bisa dipanen seminggu dua kali. Selain Pondoh reguler dan premium, mereka juga membuat yang lebih garang lagi bernama Moonshine Pondoh yang kadar alkoholnya mencapai 40 persen. Peralatan produksinya bermacam-macam, mulai dari yang masih dibeli dari Rusia hingga mesin cuci yang digunakan untuk menyaring slaked pulp selama produksi. “Lebih murah beli mesin cuci daripada beli filter,” Randu tertawa.
Menurut ahli mixologi, budaya do-it-yourself dan pemanfaatan apa yang ada mempengaruhi lahirnya berbagai jenis fermentasi di Yogyakarta. Pengalaman Randu sendiri mengacu pada YouTube, referensi teks dan informasi dari teman. “Awalnya kami melakukan ini karena alkohol mahal. Sebelumnya, alkohol terjangkau, seperti Ginseng. Anggur merah berkisar antara Rp 7.500 hingga Rp 30.000 per liter. Sekarang Rp. Bahkan jika dibayar pada hari Sabtu, kami tetap membayar. tidak bisa minum, jadi kami melakukannya [sendiri],” canda Randu sambil menuangkan Pondoh khasnya ke dalam gelas. Kami mengobrol sambil meminum minuman encer ini. “Tantangan jualan minuman seperti ini bagaimana tidak meminumnya sendiri, kemudian penyimpanannya jadi rapat,” kata Randu. Meski omzet kotornya bisa mencapai Rp 20-30 juta. per bulan, Randu dan timnya tidak bisa mengatakan bahwa usaha Pondoh menguntungkan. “Kalau untung bisa bertahan untuk produksi terus, sudah bagus. Soalnya kita juga underground, itu ilegal, jadi dari segi bisnis kita tidak bisa mengembangkannya,” keluhnya.
Selain budaya DIY yang membuat praktik fermentasi berbuah, Pondoh mendapat manfaat dari jaringan pertemanan yang bergerak di bidang seni dan musik yang dinamis. “Kita banyak dukung karena semangat kolektif, saya kira kalau ini pabrikan dan pemilik modal besar, beda [dukungan publik].” Agen Pondoh di Yogya maupun di kota lain seperti Jakarta dan Bandung selalu diawali dengan pertemanan. Dengan cara ini, keamanan perusahaan dijamin tidak diendus oleh pihak berwenang. Meski sudah diterima masyarakat, mereka tetap prihatin mengingat hukum Indonesia tidak memihak pada bisnis minuman keras lokal jenis ini. Di Indonesia, payung hukum miras adalah Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol. Perundang-undangan di tingkat pusat sebenarnya relatif longgar, namun regulasi yang ketat di tingkat daerah justru menjadi sumber masalah baru. Ketika alkohol benar-benar dilarang, tampaknya peningkatan minuman campuran itu tidak disengaja. Akibatnya, konsumsi alkohol memakan banyak korban. Di seluruh Indonesia, 487 orang meninggal karena keracunan alkohol selama periode tersebut
Persen alkohol soju, alkohol 96 persen, kandungan alkohol 70 persen, harga alkohol 95 persen, harga alkohol 100 persen, manfaat alkohol 70 persen, alkohol 95 persen, harga alkohol 70 persen, minuman alkohol 70 persen, alkohol 100 persen, alkohol 70 persen, soju 0 persen alkohol