Depresi adalah gangguan kondisi emosional individu yang ditandai dengan perasaan sedih, murung, putus asa, tidak percaya diri, merasa bersalah, kehilangan minat, menyendiri dan merasa tidak memiliki harapan lagi secara berlebihan. Seseorang yang mengalami depresi akan cenderung menginterprestasikan pemikiran negatif terhadap segala sesuatu yang datang di lingkungannya.
Jenis-Jenis Depresi
Menurut National Institute of Mental Health “NIMH, 2010” Depresi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu:
1. Gangguan Depresi Berat
Karakteristik dari gangguan ini adalah adanya beberapa gejala yang mengganggu seseorang untuk bekerja, tidur, belajar, makan dan menikmati kegiatan yang seharusnya menyenangkan. Depresi berat merupakan ketidakmampuan seseorang untuk berfungsi secara normal. Depresi berat mungkin hanya terjadi sekali selama hidup seseorang, tetapi adakalanya hal itu terjadi berulang kali dalam hidup seseorang yang lain.
2. Dysthymia
Ditandai dengan waktu yang lama “dua tahun atau lebih” tidak terdapat gejala-gejala yang dapat mengganggu kemampuan seseorang tetapi dapat mengganggu fungsinya secara normal seperti perasaan yang nyaman. Orang dengan dysthymia mungkin juga mengalami sekali atau lebih peristiwa depresi berat selama hidupnya.
Penyebab Depresi
Berikut ini terdapat beberapa penyebab depresi, terdiri atas:
1. Biologis
Suatu bidang pengetahuan yang semakin berkembang mengimplikasikan faktor-faktor genetis pada gangguan mood. Kita mengetahui bahwa gangguan mood, termasuk depresi mayor dan gangguan bipolar cenderung menurun pada keluarga.
2. Psikologis
Terdiri atas:
- Faktor kepribadian premorbid. Tidak ada satu kepribadian atau bentuk kepribadian yang khusus sebagai predisposisi terhadap depresi. Semua orang dengan ciri kepribadian manapun dapat mengalami depresi, walaupun tipe-tipe kepribadian seperti oral dependen, obsesi kompulsif, histerik mempunyai risiko yang besar mengalami depresi dibandingkan dengan lainnya.
- Kehilangan harga diri. Depresi sebagai suatu efek yang dapat melakukan sesuatu terhadap agresi yang diarahkan kedalam dirinya. Apabila pasien depresi menyadari bahwa mereka tidak hidup sesuai dengan yang dicita-citakannya, akan mengakibatkan mereka putus asa.
3. Sosial
Peristiwa hidup yang penuh tekanan, seperti kehilangan seseorang yang dicintai atau lama menganggur. Kurangnya reinforcement. Interaksi yang negatif dengan orang lain menghasilkan penolakan. Selain hal tersebut ada beberapa hal yang dapat memicu terjadinya depresi yaitu hubungan perkawinan yang tidak memuaskan, kurangnya dukungan sosial dari orang-orang terdekat (Durand dan Barlow, 2006).
4. Spiritual
Depresi dapat terjadi karena rendahnya kadar kagamaan dalam diri seseorang. Orang yang kadar imannya atau ketakwaannya rendah, cenderung lebih mungkin menderita depresi karena kurangnya pegangan hidup. Tanpa pegangan hidup yang berupa kaidah-kaidah keagamaan, kehidupan seseorang akan terombang ambing tak menentu, dan dapat mengakibatkan kekurang-mampuan dalam menghadapi tantangan, sehingga dapat menimbulkan depresi. Sebab-sebab yang di kemukakan di atas saling berkaitan satu dengan lainnya, dan semuanya bermuara pada diri individu masing-masing.
Gejala Depresi
Menurut Nevid dkk “2003” depresi memiliki gejala dan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Perubahan Kondisi Emosional
Perubahan pada kondisi mood “periode terus menerus dari perasaan terpuruk, depresi, sedih atau muram”. Penuh dengan air mata atau menangis serta meningkatnya iritabilitas “mudah tersinggung”, kegelisahan atau kehilangan kesadaran.
2. Perubahan Motivasi
Perasaan tidak termotivasi atau memiliki kesulitan untuk memulai “kegiatan” di pagi hari atau bahkan sulit bangun dari tempat tidur. Menurunnya tingkat partisipasi sosial atau minat pada aktivitas sosial. Kehilangan kenikmatan atau minat dalam aktivitas yang menyenangkan. Menurunnya minat pada seks serta gagal untuk merespon pada pujian atau reward.
3. Perubahan Fungsi Dan Perilaku Motorik
Gejala-gejala motorik yang dominan dan penting dalam depresi adalah retardasi motor yakni tingkah laku motorik yang berkurang atau lambat, bergerak atau berbicara dengan lebih perlahan dari biasanya. Perubahan dalam kebiasaan tidur “tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit, bangun lebih awal dari biasanya dan merasa kesulitan untuk tidur kembali”.
Perubahan dalam selera makan “makan terlalu banyak atau terlalu sedikit”. Perubahan dalam berat badan “bertambah atau kehilangan berat badan”. Beraktivitas kurang efektif atau energik dari pada biasanya, orang-orang yang menderita depresi sering duduk dengan sikap yang terkulai dan tatapan yang kosong tanpa ekspresi.
4. Perubahan Kognitif
Kesulitan berkonsentrasi atau berpikir jernih. Berpikir negatif mengenai diri sendiri dan masa depan. Perasaan bersalah atau menyesal mengenai kesalahan di masa lalu. Kurangnya self-esteem atau merasa tidak adekuat. Berpikir kematian atau bunuh diri.
Mengatasi Depresi
Berikut ini terdapat beberapa mengatasi depresi, terdiri atas:
1. Membangun Citra Diri Positif
Citra diri berasal dari bagaimana menyimpulkan diri sendiri atau beropini tentang diri sendiri. Yang membuahkan citra positif. Untuk membangun yang positif ini diperkukan tiga hal: Menciptakan definisi, opini atau kesimpulan yang positif; Melawan munculnya opini, definisi atau kesimpulan negatif dengan cara menghentikan, mengganti atau membatalkan; Menciptakan alasan-alasan faktual, bukti nyata untuk mendukung kesimpulan positif yang diciptakan.
Sedikit tentang alasasn faktual itu, misalkan saja berkesimpulan bahwa hidup memang masih bermakna (untuk diri sendiri dan orang lain). Kesimpulan ini lebih positif daripada punya kesimpulan yang sebaliknya. Tetapi jika yang dilakukan hanya sebatas merasa atau menyimpulkan (tanpa diiringi dengan perbuatan dan hasil atau pembuktian bertahap), lama kelamaan kesimpulan ini akan kalah oleh fakta yang ada tentang diri. Jangan pernah berpikir bahwa perbaikan diri itu bisa ditempuh dengan cara tidak melakukan sesuatu,It’s a wrong, Forget it.
2. Menjalankan Agenda Perbaikan Berkelanjutan yang Realistis
Kesalahan saat terkena depresi adalah hanya merasakan bagaimana depresi itu tetapi kurang berpikir tentang apa saja yang masih bisa dilakukan untuk memperbaiki diri di masa depan. Tenggelam ke dalam masa lalu yang buruk dan lupa mengimajinasikan masa depan yang lebih bagus. Padahal, masa lalu itu sudah tidak bisa diubah, masa depan itu masih open.
Agar ini tidak terjadi, dapat memilih agenda perbaikan di bawah ini: Merencanakan program atau jadwal tentang apa yang perlu dilakukan dan apa yang perlu dihindari agar hidup menjadi lebih bagus di hari esok; Mencanangkan target yang bena-benar ingin diraih sebagai bukti adanya perbaikan dalam diri, misalnya mendapatkan pekerjaan, mendapatkan orang yang lebih bagus, mendapatkan tempat yang lebih bagus, dan seterusnya; Merumuskan tujuan jangka pendek atau panjang yang ingin diwujudkan, seperti misalnya menyelesaikan kuliah, meningkatkan penguasaan bidang, menambah pengetahuan atau skill, dan lain-lain.
3. Mengganti Paham Perfection Menjadi Excelence
Dengan bahasa yang sederhana dapat dijelaskan bahwa perfection adalah menuntut kesempurnaan (dari orang lain, dari diri sendiri, dan dari dunia ini). Sementara, excellence adalah mengusahakan kesempurnaan secara bertahap, perbaikan berkelanjutan.
Perfection lebih dekat pada keyakinan yang tidak rasional. Keyakinan seperti ini lebih mudah terkena depresi pada saat ingin mengatasi depresi, misalnya saja tidak mau gagal lagi (kemungkinan untuk gagal itu selalu ada), anti toleransi terhadap kelemahan orang lain (semua orang punya kelemahan), dan seterusnya.
Demikian sudah penjelasan mengenai Jenis, Penyebab, dan Cara Mengatasi Depresi. Semoga ulasan di atas bermanfaat untuk kamu. Terima kasih.